Diaspora Indonesia, bersatulah !

Ketika belanda datang dan menyerang kepulauan di Indonesia pada masa itu, ada banyak sekali masyarakat yang dikirimkan ke daerah-daerah jajahan belanda. Mereka tinggal di sana dan mulai mengembangkan budaya mereka sendiri. Tidak lain seperti ribuan mahasiswa dan para pekerja Indonesia yang tinggal di luar negeri. Mereka juga berusaha bertahan hidup dan mulai beradaptasi dengan budaya negara baru mereka, tidak lupa dengan identitas yang mereka peroleh sejak kelahiran mereka di Indonesia. Komunitas diaspora ini turut mengambil andil yang sangat besar saat revolusi kemerdekaan Indonesia. Mereka menggunakan dukungan yang berasal dari luar negeri untuk menggulingkan pemerintah belanda, terutama saat agresi militer belanda yang ke 2. Selain itu, banyaknya masyarakat Indonesia di luar negeri dapat menjadi cerminan bagi negara asing; bagaimana masyarakat Indonesia itu.

Setelah merdeka pun, banyaknya perpecahan yang terjadi turut membawa masyarakat Indonesia ataupun yang berselisih paham dengan pemerintah agar melarikan diri ke luar negeri sebagai suaka politik, atau menghindar dari yang namanya tahanan politik. Memang saat itu banyak sekali orang yang berasal dari Aceh, Maluku, dan Papua yang turut mengisi bangku penumpang pesawat ke negara-negara Eropa. Agak miris, mengingat banyaknya orang Indonesia yang dulunya mengusir eropa, kini kembali ke sana.

Perjuangan untuk merdeka atau pun untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional tidaknya sesimpel yang ada di mata masyarakat Indonesia. Dahulu sering sekali diceritakan bahwa perjuangan kemerdekaan kita berasal dari senapan dan diplomasi. Ada risiko yang berbeda dari dua perjuangan itu. Dengan cara pertama, sudah pasti risikonya di tangkap atau pun mati dalam pertempuran. Risiko dengan cara kedua yaitu ditangkap juga dan kemudian ditahan sampai beberapa tahun.Tetapi keduanya membawa sebuah perubahan:merdeka, untuk selamanya.

Di tanah asing, mereka menjadi para penghubung bangsa-bangsa asing dengan Indonesia. Seperti lagunya Coldplay, "My missionaries in a foreign field". Pada zaman dahulu, para misionari dikirim tidak hanya untuk sekedar misi agama, tetapi juga untuk sebuah diplomasi, pengakuan, dan pernyataan bahwa kami, negara N ada di tengah-tengah dunia ini. Di tanah asing jua, para mahasiswa, pekerja, dan mereka yang menetap di negara lain memberikan pernyataan yang sama. Kami mahasiswa Indonesia, pekerja Indonesia, dan diaspora Indonesia tidak berdiam diri di tanah yang sama. Kami berpencar, mengitari sudut-sudut dunia, kalau bumi berbentuk kotak.

Komentar