Sulitnya Bahasa Thai bagi Lidah Tak Bernada - Bagian 2 (Tengah)

Bagi kalian yang ingin belajar bahasa asing, ada baiknya untuk memulai dengan bahasa yang paling internasional, setelah itu mulailah belajar bahasa yang diinginkan. Kalau bisa, ada baiknya jika bahasa asing yang dipelajari paling dekat dengan lidah. Apa maksudnya? Ada beberapa bahasa yang mempunyai pelafalan yang sangat berbeda dan agak sulit dengan kita.

Kalau kita berbicara mengenai bahasa arab, pasti banyak sekali orang Indonesia yang sudah familiar dengan beberapa kosa katanya. Sebagai mayoritas muslim, ada banyak sekali kata serapan yang diambil ke dalam bahasa kita. Hanya saja, pelafalannya sudah disesuaikan dengan kondisi kita di sini. 

Sejauh pengamatan penulis, ada beberapa pelafalan yang bisa mengubah artinya. Setiap bahasa mempunyai kata-kata yang mirip, sehingga perlu diperhatikan cara menyebutkannya. Bahkan dalam bahasa indonesia, ada kata-kata yang agak mirip, misalnya seperti kedelai dan keledai, tambah dan tambal, dan apel dan apel (tergantung "e").

Dalam bahasa Thai sendiri, kesulitan ini bertambah karena adanya nada. Selain pelafalannya yang sudah lain, setiap kata juga mempunyai nada sehingga mau tidak mau ada dua hal yang perlu diperhatikan saat berbahasa: nada dan ucapan. Bisa jadi nadanya salah, tapi lafalnya benar, atau sebaliknya. Jika ada satu yang salah, maka sudah pasti penutur asli bahasa Thai tahu kita bukan orang Thailand. Kita memang bukan orang Thai, tapi jika sudah fasih, butuh beberapa menit bagi mereka untuk tahu apakah kita memang orang Thai atau bukan. Pengalaman penulis sendiri saat berbicara dengan mereka, banyak yang tidak tahu kalau saya orang Indonesia karena pelafalan yang betul dan nada yang pas.

Kalau tidak pakai nada bagaimana, apa mereka mengerti? Mereka pasti mengerti, asalkan pola kalimat yang kita gunakan sudah lazim dipakai sehari-hari. Paling tidak mereka paham apa maksud yang ingin kita katakan. Kasus ini banyak dijumpai di kota-kota besar Thailand seperti bangkok atau chiang mai. Bermodalkan buku frasa (pharsebook), melanconglah turis-turis di pelosok Thailand ini. Untungnya sebagian besar orang Thai tidak suka menjebak turis yang tidak tahu bahasa Thai, karena otoritas pariwisata Thailand cukup ketat mengawasi bisnis pariwisata ini. Tidak hanya itu, juga ada polisi turis yang berjalan-jalan di kawasan padat turis.

Jika sudah bisa nada dan lafalnya, apa bisa langsung dipahami? Bagi penulis, ada satu hal lagi yang harus dikuasai jika ingin memang seperti orang Thai. Adanya penjiwaan dalam percakapan. Ini akan dibahas di tulisan ketiga.

Bangkok, 21 November 2018.

Komentar