Tata Krama Transportasi di Bangkok

Sebagaimana kota besar lainnya, bangkok adalah kota yang selalu sibuk dengan banyak para pekerja dan masyarakat yang ingin kemanapun dengan cepat. Selain itu, iklim bangkok yang panasnya bisa mencapai 40 derajat celcius juga membuat banyak orang memilih berteduh di dalam kendaraan, apapun kendaraanya. Mode transportasi di bangkok ada banyak, mulai dari bawah tanah sampai di atas permukaan tanah.

Pada umumnya, bangkok memiliki transportasi seperti Indonesia. Mulai dari ojek yang mangkal di beberapa perempatan atau di dekat stasiun MRT, perahu, dan terkadang becak untuk kegiatan tertentu. Juga ada busway yang dinamakan BRT di sini, kereta subway yang dinamakan MRT, sampai skytrain yang dinamakan BTS di sini. Tidak ketinggalan, ada juga bus umum dan angkot yang melayani jarak jauh dan dekat.

Jalan di dekat MRT hua lamphong dengan bus umum ber-AC

Berada dalam kendaraan umum ataupun menunggu kendaraanya datang, ada beberapa tata krama yang harus dipatuhi. Beberapa tata krama pasti sangat sering dijumpai di Indonesia juga. Berikut ini adalah tata krama yang umum dan harus dilakukan di Thailand untuk menunjukkan rasa kesopanan.

1. Menyebrang jalan - Thailand mempunyai pengemudi mobil dan motor yang lumayan bersahabat. Mereka umumnya tidak membawa kendaraanya dengan cepat di pemukiman warga. Tapi jika sudah di jalan tol atau jalan yg sangat kosong, mereka mengebut lebih cepat dari orang Indonesia. Terlebih ketika malam hari, banyak kecelakaan yang terjadi karena hal ini dan juga karena pengaruh alkohol.


Lalu lintas Bangkok di jalan sukhumvit

Walau sebenarnya peraturan yang berlaku adalah harus menyebrang di zebra cross, kebanyakan orang akan menyebrang secara sembarangan tempat, tetapi ada satu hal yang mereka biasanya lakukan. Ketika akan menyebrang, biasanya mobil akan melambat jika melihat kita berjalan dengan radius 15 meter dari mereka dan mereka akan berhenti sekitar setengah meter dari badan kita. Hal yang harus dilakukan adalah menundukkan kepala sedikit ke arah mobil sebagai rasa terima kasih kita untuk mereka yang telah berhenti. Hal ini sebenarnya juga banyak dilakukan di jepang. 

2. Menunggu MRT, BTS, dan kereta lainnya - Budaya antri sangat sering ditemui di Thailand. Sejak TK, antri adalah sebuah pelajaran dan sering dilakukan, bahkan saat kegiatan mahasiswa dilakukan. Mau atau tidak mau antri, orang-orang Bangkok selalu mengantri di manapun, mulai dari menunggu ojek, kereta api, bahkan perahu. Dan di sini, semua orang paham akan haknya ketika mengantri; mereka tidak akan menyela antrian dengan ekspresi muka masa bodoh. Ada kalanya ketika kereta MRT tiba, orang yang berada di barisan depan tidak mau naik karena sudah penuh, maka saat itu akan ada beberapa orang (biasanya 1 atau dua) yang akan menyela antrian dan naik ke dalam kereta. Hal ini dapat dimaklumi karena terkadang mereka yang berada di barisan terdepan bisa jadi datang berkelompok dan tidak ingin terpisah, atau merasa badan mereka terlalu besar untuk masuk ke celah yang tersisa.

Antrian di MRT pada jam sibuk


Berbicara di dalam kereta adalah hal yang agak jarang dilakukan di Bangkok. Berbicara dengan suara pelan dan sekedarnya saja masih dianggap wajar. Walau tidak ada larangannya, ada semacam aturan sosial untuk tidak bercakap-cakap dengan suara keras. Juga mendengarkan musik tidak masalah, cuma seringkali ada penumpang yang membawa headset yang kita di sebelahnya juga bisa tahu lagu apa yang diputar.  Membawa makanan ke dalam kereta tidak apa-apa, asal tidak dimakan atau diminum di area dan di dalam gerbong kereta. Saya sendiri sering membawa makanan ke dalam kereta, cuma akan saya minimalkan baunya agar tidak menarik penciuman orang lain.

Terkadang hal yang menjengkelkan adalah adanya gerbong yang sudah sangat padat, tetapi didorong oleh penumpang yang ingin masuk. Tentu saja gerbong tersebut akan semakin padat dan bisa-bisa kita merasa ingin terjatuh namun tidak bisa. Fenomena ini sering dijumpai di stasiun dengan jumlah pemukiman yang lebih banyak dari jumlah area perkantoran.

3. Memanggil Ojek - Jika ingin menaiki ojek di Thailand, perlu kemampuan membaca aksara Thailand. Setiap pangkalan ojek di sini dibekali dengan spanduk bertuliskan nama-nama tempat yang dekat dengan pangkalan itu, dan sayangnya hampir 90% nya hanya dalam bahasa Thailand (kecuali tempat yang memang nama aslinya dalam huruf latin, atau bisa jadi dituliskan ke dalam huruf Thailand juga). Harga yang tertera akan sama dengan harga yang dibayarkan. Jika tempat yang ingin ditujui tidak ada, maka harga yang diberikan adalah harga dari kesepakatan. Di Bangkok, jangan harap untuk menurunkan harga lebih dari setengah karena mereka lebih mementingkan harganya daripada penumpangnya. Bagaimana cara memanggil ojek? Bisa langsung ke pangkalannya jika kita berada dalam sisi jalan yang sama. Kalau ojeknya ada di sisi jalan yang berbeda, bisa dengan mengacungkan jari, tergantung berapa buah ojek yang diperlukan. Ojek akan menawarkan helm untuk dipakai, atau bisa saja tergantung dari kitanya. Helm di Thailand masih ada yang seperti helm catok, yang pasti jika dipakai di Indonesia kita bakal ditilang polisi, namun tidak di sini (karena ada polisi yang masih memakai itu juga, dan helm tipe ini masih dijual bebas di toko-toko). Di kala macet, ojek adalah kendaraan tercepat dan tergesit yang bisa menyelinap di celah-celah mobil dan bus.

4. Taksi -Taksi Thailand agak berbeda dengan taksi indonesia. Walaupun masih menggunakan argo, terkadang taksi di Bangkok tidak akan mau pergi ke semua tempat. Terkadang ada saja taksi yang menolak untuk pergi ke sebuah tempat tanpa alasan yang jelas. Saran saya adalah jangan memilih taksi yang parkir, pilih taksi yang kosong yang sedang jalan. Semua taksi dimulai dengan argo 35 baht, jika lebih atau kurang beritahu ke supirnya.


Komentar