Melawan Tahta

Melawan tahta. Dua kata ini sering berkonotasi negatif dalam hidup kita.

Sekalipun kata ini bisa diartikan sebagai revolusi, kata-kata ini menggambarkan apa yang kaum revolusioner  lakukan dengan jujur. Melawan tahta bukan hanya dalam artian mengangkat senjata dan menumpahkan darah yang dijatuhkan. Tahta tidak dapat bertahan selama-lamanya, dan tidak akan selalu hilang dengan damai. Kehilangan tahta dengan tidak damai dapat dibuat maknanya sebagai korban dari revolusi.

Tahta adalah sebuah kata yang diidam-idamkan sebagian orang yang beruang. Duduk di kursi DPR dengan gaji yang ratusan juta, plus jalan-jalan adalah sebuah hal yang prestisius di matanya. Reputasi meningkat dengan gaji yang meroket. Dalam hembusan angin dingin AC di gedung mewah mereka duduk, hawa panas sang surya membakar kulit dan rambut rakyat jelata yang masih harus bekerja demi menyambung hidup untuk esok yang belum jelas. Keringat, darah, dan airmata kadang bercampur dikala hidup dirasa tidak adil dimata mereka yang kurang beruntung.

Mao Zedong pernah mengatakan dimana ada tekanan disitu ada perlawanan. Tidak kurangkah yang kita lihat selama ini? Ada jutaan pasang mata melihat berita kemewahan anggota dewan dengan tatapan mengiba di bumi pertiwi. Wakil rakyat kehilangan maknanya. Tidak lagi mewakili rakyat, tetapi mewakili partai demi pundi-pundi rupiah yang siap ditampung di rekening bank mereka.

Dahulu kala sekali, seorang ahli kebijaksanaan Tiongkok atau seorang Taois bernama konfiucus sering mengatakan melayani rakyat dengan apa yang mereka perlukan akan membuat mereka menaatimu. Tapi sekarang kemana mereka? kebutuhan rakyat kadang tidak setimbal denga keinginan pribadi. Gedung baru dibangun dengan meninggalkan jembatan rusak. Apakah itu yang dinamakan melayani rakyat?

Satu hal yang membuat bangsa ini muak dengan perilaku mereka yang bertahta adalah melupakan asal-usul mereka. Kita dilahirkan sama, tanpa pangkat apapun. Namun setelah mereka terpilih, seolah-olah mereka dilahirkan di surga.

Melawan tahta adalah sebuah cara untuk meninggalkan rasa rendah diri dihadapan mereka yang tidak rendah hati. Makna demokrasi akan hilang jika pemerintahan dari rakyat tidak ada lagi. Pemerintahan yang dibangun oleh aspirasi rakyat, demi kebutuhan rakyat yang sejahtera.

Komentar