Negara Agraris, Kenapa Tidak?

Dua kata pertama di judul mungkin sudah sering didengar saat kita masih SD ataupun dari kuliah. Negara Agraris adalah negara yang menggantungkan pendapatan negaranya dari hasil pertanian ataupun hasil bumi sebagai sumber pemasukan terbesar. Bagi negara tropis, kata agraris adalah hal yang biasa. Iklim dan cuaca yang memadai memungkinkan kita melakukan cocok tanam di tanah ini. Indonesia sendiri tentu saja adalah negara agraris dengan segala kekayaan alamnya dan keberagaman hasil alamnya baik yang disediakan oleh alam ataupun kita sendiri yang menanam.

Tantangan dalam negara agraris adalah adanya bencana alam, kesalahan perilaku manusia, adanya sengketa internal dengan petani, dan terganggunya ekosistem alam yang mengakibatkan yang membikin geger masyarakat seperti harimau masuk kampung atau gajah yang mengamuk. Tentu saja tantangan ini sudah  bisa diatasi dengan mencegah petani atau pekebun untuk membuka lahan di habitat binatang tersebut hidup.

Selain itu, hasil panen yang ada harus bisa dibawa ke seluruh provinsi di negara ini. Karena tidak semua tanaman bisa hidup di sembarang tempat. Sebagai contoh, cabe tidak bisa hidup di tempat denga curah hujan tinggi dan jati tidak bisa hidup di tempat yang kering. Kata kunci dalam hal ini adalah pemetaan lahan dan sarana transportasi yang efisien dan cepat sehingga kebutuhan pangan masyarakat tercukupi dan berkelanjutan.

Menjaga lingkungan dalam bertani atau berkebun merupakan hal wajib yang harus dipenuhi. Karena tidak jarang ada oknum yang membakar hutan demi pundi-pundi rupiah. Akibatnya hutan yang dibakar tidak hanya menghanguskan satu tempat saja, melainkan menjalar ke tempat lain seperti yang terjadi di riau baru-baru ini.

Sebagai negara agraris, Indonesia dapat mengembangkan potensi alamnya yang subur dengan membuat proyek-proyek yang bersifat transparan, inovatif, dan memenuhi permintaan pasar global, dan tentu juga memperhatikan nasib kaum kecil dan bangsa Indonesia sendiri. BUMN sendiri memiliki andil yang vital dalam membangun proyek-proyek pemerintah yang bersifat agraris. Secara lingkup ASEAN, bangsa ini bersaing dengan 9 negara lainnya seperti Filipina, Thailand, Malaysia, dan negara-negara lainnya. Apalagi menyambut AEC di tahun 2015, maka sudah seharusnya pemerintah baik pemerintah pusat maupun lokal dapat membentuk suatu badan-badan usaha mandiri yang dapat mengurangi penggangura, memaksimalkan sumber daya yang ada, serta untuk merebutnya lebih awal dari genggaman perusahaan asing yang akan membuat kita lebih merana. Bisa kita lihat di provinsi Papua ada perusahaan freeport yang paling sering diisukan sebagai bukti lemahnya Indonesia dalam mengembangkan SDA yang ada.

Menjadi negara agraris berarti hanya fokus di satu bidang sebagai bidang utama, dan lainnya seperti sampingan. Dan bidang industri dapat menjadi salah satu kekuatan kita apabila hasil dari proyek agraris sudah cukup banyak. Dengan dibangunnya pabrik-pabrik pengolahan hasil panen, maka tidak diperlukan lagi untuk mengirim hasil panen ke luar negeri untuk diolah dan kemudian dijual lagi ke sini. Bukankah membuat pabrik akan mengurangi biaya produksi?

Tamat.

Komentar