Media dalam Genggaman

Dalam situasi politik Indonesia yang semakin memanas, kekuatan media sangatlah vital. Masyarakat Indonesian yang sehari-hari hanya mengandalka koran pagi atau internet sangatlah mudah untuk di pengaruhi oleh media massa. Banyak media massa kini yang mulai mencari kubu atau malah membuat kubunya sendiri. Adalah rahasia umum kalau media-media besar pada saat pilpres 2014 berafiliasi dengan salah satu presiden.

Dahulu pada saat keputusan pemiliah presiden dipegang oleh DPR RI, kekuatan media hanya sebatas menyampaikan berita aktual dan tidak mempunyai perngaruh besar di masyarakat.Namun pada saat pemilu 2014 berlangsung, kekuatan media benar-benar terlihat di masyarakat. Media yang ada saat itu dipegang oleh aktor politik yang masing-masing berbeda pendapat dan tentu saja menimbulkan persaingan kubu politik.

Masyarakat akan sangat dirugikan dengan ketidaknetralan media yang ada di Indonesia ini. Parahnya lagi, media-media yang ada ini adalah media nasional yang mencakup sebagian besar masyarakat Indonesia dari pelosok pantai Sabang hingga pedalaman Papua. Masyarakat yang ada pun tidak bisa menghindari kekuatan media yang ada karena kuatnya pengaruh iklan yang ada di sana.

Selain media kertas seperti koran dan brosur, media online juga berpotensi memprovokasi massa. Keburukan media online adalah sumber yang tidak bisa dipercaya untuk beberapa website, isi yang mudah diubah dalam hitungan menit, dan potensi utama media online adalah cepatnya berita online menyebar dari satu tangan ke ribuan tangan yang lain.

Sebetulnya peran media dalam menjatuhkan lawan sudah dikenal sejak perang dunia pertama. Selebaran yang menjatuhkan moril pasukan Jerman dengan beberapa kalimat panas seperti "Apa yang saudara dapatkan dari bertempur di padang seperti ini?", merupakan sebuah gagasan inggris untuk mengalahkan musuh dengan menghemat peluru.

Pada perang dunia II, media propaganda juga turut mewarnai kedua belah front. Seperti Die Deutsche Wochenshcau dari Nazi Jerman dan seri film Why We Fight dari OSS (Office of Strategic Services, cikal bakal CIA sekarang) juga berperan dalam memberikan informasi ke pada khalayak umum, yang mana mereka akan membalas dengan reaksi aktif dalam mendukung negara mereka sendiri baik jerman atau Amerika. Pravda, salah satu majalah propaganda soviet juga menjadi senjata media dalam mejelek-jelekkan citra Amerika. Korea utara, sejak 1953 sudah memulai program propaganda yang mana hal yang diberitakan sangat berbeda jauh dengan kenyataan aslinya.

Kekejaman media yang ada saat ini adalah mereka membodohi masyarakat dengan informasi yang tidak netral, cenderung memberitakan hal-hal negatif yang membuat ketakutan masyarakat tidak terkontrol, pengrusakan karakter generasi muda, dan mengambil banyak acara yang tidak bersifat edukatif dan bersifat membuang-buang waktu. Memang tidak banyak yang bisa dilakukan semenjak Nielsen Research mempunyai andil penting dalam menentukan acara yang aka diterbitkan.

Di zaman sekarang ini, kekuatan media tidak kurang dari sebuah bom atom yang besar. Jatuhkan bom media di masyarakat dan biarkan mereka meracau atau terpengaruh dengan beberapa berita fiktif.

Komentar